20122013 pengalihan fungsi lahan sawah kembali naik menjadi 46,54 hektar. Walaupun dalam rentang waktu 2009 sampai 2010 jumlah alih fungsi lahan sangat kecil, namun pada tahun 2011 sampai dengan 2013 mengalami kenaikan yang sangat tinggi. Pengalihan fungsi lahan sawah di Kecamatan Jaten sudah tergolong tinggi. Setidaknya dalam kurun
Perubahan karakter banjir genangan menjadi banjir bandang di Sungai Beringin dalam kurun waktu sepuluh tahun terakhir menjadi sebuah indikasi bahwa telah terjadi ketidakseimbangan tata air di dalam daerah aliran sungai DAS. Alih fungsi lahan diduga menjadi salah satu faktor pemicu penurunan kualitas DAS yang berakibat pada peningkatan debit puncak aliran permukaan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pola dan laju perubahan penggunaan lahan DAS Beringin periode tahun 2009 - 2019 serta menghitung perubahan jumlah debit puncak aliran permukaan yang menjadi input sungai. Citra satelit resolusi tinggi yang bersumber dari Google Earth digunakan untuk memetakan pola perubahan penggunaan lahan. Laju infiltrasi diukur secara langsung di lapangan untuk mengetahui koefisien aliran pada setiap perbedaan jenis tanah dan penutup lahan. Debit puncak aliran permukaan kemudian dihitung melalui persaman rasional. Perkembangan kompleks perindustrian di sisi Barat Kota Semarang telah memicu pembangunan gedung dan permukiman yang cukup pesat di DAS Beringin. Alih fungsi lahan pertanian menjadi lahan terbangun berdampak pada peningkatan yang cukup signifikan terhadap debit aliran puncak. Kegiatan monitoring dan konservasi DAS sangat penting dilakukan guna mencegah kerusakan lingkungan yang semakin parah di masa akan datang. Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for free PROSIDING SEMINAR NASIONAL GEOGRAFI III PERAN KEILMUAN GEOGRAFI DALAM AGENDA PEMBANGUNAN NASIONAL 2019-2024 Diselenggarakan di Auditorium Merapi Fakultas Geografi Universitas Gadjah Mada Yogyakarta, 2 November 2019 BADAN PENERBIT FAKULTAS GEOGRAFI UNIVERSITAS GADJAH MADA 2020 PROSIDING SEMINAR NASIONAL GEOGRAFI III PERAN KEILMUAN GEOGRAFI DALAM AGENDA PEMBANGUNAN NASIONAL 2019-2024 Program Studi Pascasarjana Geografi, Fakultas Geografi Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, Indonesia Penanggung Jawab Dr. Lutfi Muta’ali, Steering Committee Aryana Rachmad Sulistya, Ketua Pelaksana La Ode Saleh Isa, Reviewer Dr. Lutfi Muta’ali, Dr. Sudrajat, Dr. Sri Rum Giyarsih, Dr. Nurul Khakhim, Ketua Panitia Acara Septi Sri Rahmawati, Wakil Ketua Panitia Acara Raudatul Jannah, Desain Sampul Wahyu Adimarta, Editor Putu Indra Christiawan, Hafidz Wibisono, Imam Arifa’illah Syaiful Huda, Faiz Urfan, Tata Letak Dita Septyana, Irwansyah, Marina Evana Putri Darise, Raudatul Jannah, E-ISBN 978-979-8786-98-3 Dipublikasikan oleh Badan Penerbit Fakultas Geografi, Universitas Gadjah Mada Sekip Utara, Jalan Kaliurang, Bulaksumur, Yogyakarta 55281 Telpon +62 274 649 2340, +62 274 589595 Email Seminar Nasional Geografi III-Program Studi Pascasarjana Geografi, Fakultas Geografi, UGM i KATA PENGANTAR Puji syukur kepada Allah SWT dan shalawat serta salam selalu tercurahkan kepada Rasulullah SAW. Berkat limpahan dan rahmat-Nya acara Seminar Nasional Geografi III pada tanggal 2 November 2019 dapat terlaksana. Kegiatan ini diselenggarakan oleh Himpunan Mahasiswa Pascasarjana Geografi, Fakultas Geografi, Universitas Gadjah Mada. Tema dari seminar ini ialah ā€œPeran Keilmuan Geografi dalam Agenda Pembangunan Nasional 2019-2024ā€. Pembangunan Nasional menjadi topik yang mesti dipikirkan bersama untuk keberlanjutan dan kesehjateraan masyarakat Indonesia secara utuh dan keseluruhan. Pembangunan Nasional telah dirancang sedemikian rupa dalam bingkai nasional sejak era presiden pertama negeri ini sampai era kepemimpinan sekarang. Tentunya, beberapa hasil pembangunan telah nampak dan telah kita nikmati. Hasil pembangunan ini menyisakan pekerjaan rumah dalam rupa pembangunan berkelanjutan yang mesti diselesaikan melalui sinergitas antara pemerintah, masyarakat dan akademisi. Peran keilmuan geografi merupakan bagian dari sisi akademis yang dapat memberi kontribusi dalam pembangunan nasional. Penerapan pendekatan spasial dan keruangan dalam pembangunan dapat berkorelasi dengan disiplin ilmu lain sehingga sinergi yang diharapkan dapat terjadi dalam rangka memberi masukan kepada para stakeholder untuk mengambil langkah yang tepat dalam pembangunan berkelanjutan. Selain itu, peran keilmuan geografi dapat menjadi panggung dalam pentas pembangunan nasional. Olehnya itu, peran keilmuan ini dapat memberikan manfaat-manfaat dalam pembangunan nasional. Berangkat dari pemikiran tersebut, Himpunan Mahasiswa Pascasarjana Geografi, Fakultas Geografi, Universitas Gadjah Mada bermaksud menyelenggarakan seminar nasional. Kegiatan seminar ini diharapkan dapat menjadi ajang komunikasi antar mahasiswa, peneliti, para ahli dan akademisi di Indonesia, sehingga dapat ditindaklanjuti dalam bentuk penelitian dan pengabdian pada masyarakat yang berkualitas dan memiliki daya guna untuk menunjang pengelolaan sumberdaya wilayah yang terpadu, optimal dan berkelanjutan. Kesuksesan acara ini tidak terlepas dari kontribusi dan kerjasama dari berbagai pihak. Oleh karena itu, kami mengucapkan terimakasih kepada pihak-pihak yang telah berkontribusi dalam kegiatan Seminar Nasional Geografi III 2019. Yogyakarta, April 2020 La Ode Saleh Isa, Ketua Panitia Seminar Nasional Geografi III 2019 Seminar Nasional Geografi III-Program Studi Pascasarjana Geografi, Fakultas Geografi, UGM ii DAFTAR ISI DAFTAR ISI .......................................................................................................................................... i KATA PENGANTAR ........................................................................................................................... ii FISIK METODE WALDVOGEL DAN SEVERE HAIL INDEX SHI UNTUK MENDETEKSI KEJADIAN HUJAN ES Heriyanto Wicaksono, Amat Komi, Nabilla Aulia, Rizky Umul Nisa Fadhila, Eko Wardoyo .............................................................................................................................. 1 PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN TERHADAP DEBIT PUNCAK ALIRAN PERMUKAAN DI DAS BERINGIN, JAWA TENGAH Mahendra Zhafir Pratama, Rois Saida Sanjaya, Prayitno, Zulfikar Ardiansyah Fajri, Elok Surya Pratiwi, Edy Trihatmoko ................................................................................................. 9 PERUBAHAN TUTUPAN LAHAN TERHADAP DEBIT ALIRAN SUNGAI SUB DAS CI MANUK HULU Muhammad Fitrah Pratama, Tjiong Giok Pin, Kuswantoro Marko ...................................... 17 TERUSAN SESAR KENDENG DI JAWA TENGAH DENGAN METODE SECOND VERTICAL DERIVATIVE DAN MOVING AVERAGE Muhammad Akhadi, Mohamad Kamal A, Bigar Kristantyo .................................................. 26 AIR SUNGAI-SUNGAI ALOGENIK DI KAWASAN KARST GUNUNGSEWU, KABUPATEN GUNUNGKIDUL PADA MUSIM KEMARAU M. Widyastuti, Ahmad Cahyadi, Tjahyo Nugroho Adji, Setyawan Purnama, Febby Firizqi, Muhammad Naufal, Fajri Ramadhan, Indra Agus Riyanto, Muhammad Ridho Irshabdillah.................................................................................................................... 36 BATUGAMPING DI WILAYAH LUWENG BLIMBING DAN SEKITARNYA, KECAMATAN SEMANU, KABUPATEN GUNUNGKIDUL Eko Haryono, Muchammad Amin Nurrohman, Gemasakti Adzan, Lely Adriani Nasution, Husna Diah, Ahmad Cahyadi, Risma Sari Septianingrum .................................................... 43 LORONG GUA DI GEOSITE GUA PINDUL, GEOPARK GUNUNGSEWU, KABUPATEN GUNUNGKIDUL Mohammad Ainul Labib, Eko Haryono, Haviz Damar Sasongko, Ahmad Cahyadi, Eko Bayu Dharma Putra, Danardono, Roza Oktama, Tjahyo Nugroho Adji ........................ 50 PENGARUH EL NINO DAN LA NINA TERHADAP VARIABILITAS IKLIM DAN MUSIM DI KALIMANTAN TENGAH Erlita Aprilia, Sindya Nur Ritasari, Agus Safril ..................................................................... 58 KESESUAIAN PERTAMBANGAN BATU KAPUR MENGGUNAKAN SIG DI PROVINSI SULAWESI SELATAN Pina Maulidina Hidayat, Muhammad Attorik Falensky ........................................................ 67 SESAR MERATUS BERDASARKAN ANOMALI GAYA BERAT MENGGUNAKAN METODE SECOND VERTICAL DERIVATIVE Denny Valeri Siregar, Mahmud Yusuf, M. Taufik Gunawan, Yuan Yulizar, Anggita Adidarma .................................................................................................................................. 76 KONDISI LAHAN DAN PETANI TERHADAP PRODUKSI PADI DI KABUPATEN SLEMAN ANALISIS JALUR DATA SURVEI TANAMAN PANGAN TAHUN 2016-2017 Fathonah Tri Hastuti, Amalia Romadhona ............................................................................ 83 TIPE HIDROGEOKIMIA AIRTANAH MENGGUNAKAN METODE STUYFZAND DI WILAYAH KEPESISIRAN KECAMATAN LHOKNGA KABUPATEN ACEH BESAR Mice Putri Afriyani, Langgeng Wahyu Santosa, Tjahyo Nugroho Adji ................................ 90 Seminar Nasional Geografi III-Program Studi Pascasarjana Geografi, Fakultas Geografi, UGM 9 PENGARUH PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN TERHADAP DEBIT PUNCAK ALIRAN PERMUKAAN DI DAS BERINGIN, JAWA TENGAH Mahendra Zhafir Pratama, Rois Saida Sanjaya, Prayitno, Zulfikar Ardiansyah Fajri, Elok Surya Pratiwi, Edy Trihatmoko mahendrazhafir Jurusan Geografi, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Semarang ABSTRAK Perubahan karakter banjir genangan menjadi banjir bandang di Sungai Beringin dalam kurun waktu sepuluh tahun terakhir menjadi sebuah indikasi bahwa telah terjadi ketidakseimbangan tata air di dalam daerah aliran sungai DAS. Alih fungsi lahan diduga menjadi salah satu faktor pemicu penurunan kualitas DAS yang berakibat pada peningkatan debit puncak aliran permukaan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pola dan laju perubahan penggunaan lahan DAS Beringin periode tahun 2009 - 2019 serta menghitung perubahan jumlah debit puncak aliran permukaan yang menjadi input sungai. Citra satelit resolusi tinggi yang bersumber dari Google Earth digunakan untuk memetakan pola perubahan penggunaan lahan. Laju infiltrasi diukur secara langsung di lapangan untuk mengetahui koefisien aliran pada setiap perbedaan jenis tanah dan penutup lahan. Debit puncak aliran permukaan kemudian dihitung melalui persaman rasional. Perkembangan kompleks perindustrian di sisi Barat Kota Semarang telah memicu pembangunan gedung dan permukiman yang cukup pesat di DAS Beringin. Alih fungsi lahan pertanian menjadi lahan terbangun berdampak pada peningkatan yang cukup signifikan terhadap debit aliran puncak. Kegiatan monitoring dan konservasi DAS sangat penting dilakukan guna mencegah kerusakan lingkungan yang semakin parah di masa akan datang. Kata Kunci banjir, debit puncak aliran, perubahan lahan. PENDAHULUAN Latar Belakang DAS Beringin merupakan salah satu DAS yang telah termasuk dalam kondisi DAS Prioritas di Kota Semarang dan telah mengalami gejala kerusakan. Permasalahan yang sering timbul di DAS Beringin adalah ketika musim penghujan hampir setiap tahun terjadi fenomena banjir, sedangkan ketika musim kemarau banyak wilayah yang terjadi kekeringan Setyowati, 2015. Selama tahun 2010 sampai pada tahun 2017 DAS Beringin telah mengalami 8 kali banjir dengan 2 diantaranya telah mengalami perubahan tipe banjir, dari yang semula berupa banjir genangan menjadi banjir bandang Indrayati et al., 2018. Fenomena banjir dalam suatu DAS disebabkan karena ketidakmampuan daerah aliran sungai tersebut dalam menampung, menyimpan, dan mengalirkan air hujan yang jatuh pada kawasan tersebut. Sehingga sebagian air hujan yang tertampung dalam DAS akan mengalir sebagai limpasan permukaan dan hanya sebagian kecil yang dapat terserap dalam tanah Asdak dalam Setyowati, 2008. Debit aliran di suatu DAS sangat dipengaruhi oleh jenis pengguaan lahan pada kawasan tersebut. Perubahan penggunaan lahan dan curah hujan yang ekstrim akan meningkatkan jumlah aliran permukaan, selain itu pemadatan pada permukaan tanah akan mengakibatkan kapasitas infiltrasi tanah akan semakin berkurang Helengkara dalam Sriartha, 2015. Perubahan penggunaan lahan akan mempengaruhi kualitas maupun kuantitas dari suatu sistem tata air dalam suatu DAS. Permasalahan yang sering terjadi di DAS Beringin akibat perubahan penggunaan lahan seperti penurunan kualitas lingkungan, banjir, dan erosi Sanjoto dan M. Nawawi, 2014. Dewasa ini DAS Beringin telah mengalami pengembangan dan pembangunan wilayah yang cukup pesat serta mengalami perubahan penggunaan lahan dari kawasan pertanian dan hutan karet menjadi kawasan terbangun akibat dari pertambahan jumlah penduduk. Pengalihfungsian lahan yang terjadi saat ini tentunya akan mempengaruhi kapasitas infiltrasi dan limpasan permukaan sehingga berpengaruh signifikan terhadap debit aliran puncak DAS Beringin Harisuseno et al., 2014. Sebagai suatu ekosistem tentunnya terdapat berbagai macam aktivitas di dalam DAS. Adapaun aktivitas dalam DAS dapat menyebabkan terjadinya perubahan ekosistem DAS seperti tata guna lahan dibagian hulu akan memberikan dampak pada bagian hilir DAS yang berupa peningkatan debit air dan sedimentasi pada bagian hilir Utami et al., 2017. Berdasarkan pengamatan pada citra Seminar Nasional Geografi III-Program Studi Pascasarjana Geografi, Fakultas Geografi, UGM 10 satelit resolusi tinggi yang bersumber dari Google Earth selama 10 tahun terakhir yaitu pada tahun 2009-2019 telah terjadi perubahan penggunaan lahan yang cukup signifikan berupa peningkatan lahan terbangun, terutama pada daerah hulu dan tengah DAS Beringin. Perubahan penggunaan lahan mengakibatkan air hujan yang jatuh dalam suatu sistem DAS tidak dapat terinfiltrasi dengan baik. Dalam daur siklus hidrologi infiltrasi merupakan salah satu proses yang penting karena akan menentukan jumlah air yang masuk ke dalam tanah. Rendahnya tingkat infiltarsi ini akan mengakibatkan debit aliran permukaan meningkat sehingga berpotensi untuk terjadinya banjir Asdak dalam Fauzi et al., 2018, Arsyad dalam Soplanit dan Silahooy 2012. Adanya bencana banjir ini dapat mengindikasikan bahwa telah terjadi kerusakan dan ketidakseimbangan tata air dalam suatu sistem DAS. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis pola dan laju perubahan penggunaan lahan DAS Beringin periode tahun 2009 – 2019 serta menghitung jumlah debit puncak aliran permukaan yang menjadi input dari sungai DAS Beringin. Hasil yang diharapkan dari penelitian ini adalah bahwa informasi mengenai pola dan laju perubahan penggunaan lahan serta debit puncak aliran permukaan di DAS Beringin dapat digunakan untuk kegiatan monitoring dan konservasi DAS guna mencegah kerusakan lingkungan yang semakin parah di masa akan datang. METODE Penelitian ini dilakukan pada 8 titik lokasi di DAS Beringin, Kota Semarang, Jawa Tengah yang mana pada DAS tersebut terjadi alih fungsi lahan yang cukup signifikan dan seringnya kejadian banjir. Pengambilan titik sampel penelitian didasarkan pada jenis tanah dan penggunaan lahan. Metode penelitian ini dengan mengukur laju infiltrasi secara langsung di lapangan menggunakan alat double ring infiltrometer untuk mengetahui koefisien aliran pada setiap perbedaan jenis tanah dan penutup lahan. Perhitungan laju infiltrasi menggunakan persamaan Horton, menurut Horton kapasitas infiltrasi akan semakin berkurang seiring dengan bertambahnya waktu sampai mendekati nilai konstan Ardiansyah et al., 2019. F=Fc+Fo-Fce-kt Dimana F = laju infiltrasi cm/jam Fo = laju infiltrasi awal cm/jam Fc = laju infiltrasi konstan cm/jam E = bilangan dasar logaritma Naperian k = konstanta geofisik Integrasi teknologi penginderaan jauh dan Sistem Informasi Geografis digunakan untuk identifikasi dan memetakan pola perubahaan penutup lahan. Debit puncak aliran dihitung melalui persamaan rasional dengan asumsi intensitas hujan antara tahun 2009 dan tahun 2019 adalah sama. Data curah hujan yang kami gunakan adalah data curah hujan bulanan tertinggi pada tahun 2009 di Kota Semarang, yaitu bulan februari dan bersumber dari Badan Pusat Statistik. Berikut adalah rummusnya Q = 0,278 CIA Dimana Q = debit puncak limpasan permukaaan m3/det C = koefisien aliran permukaan I = intensitas hujan mm/jam A = luas daerah pengaliran km2 Dalam rumus Q diatas, terdapat intensitas hujan. Untuk mengetahui intensitas hujan dapat menggunakan rumus I = Intensitas hujan mm/jam CH = Curah Hujan Tc = Waktu terkonsentrasi Seminar Nasional Geografi III-Program Studi Pascasarjana Geografi, Fakultas Geografi, UGM 11 Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut Tabel 1. Alat dan Bahan Double Ring Infiltrometer Citra Satelit Resolusi Tinggi Google Earth Tahun Peta Jenis Tanah DAS Beringin Peta Penggunaan Lahan hasil Digitasi Instrumen Pengukuran laju infiltrasi Software ArcGis Ms. Excel Gambar 1. Pengukuran laju infiltrasi di lapangan menggunakan alat Double Ring Infiltrometer Untuk koefisien aliran C, kami menggunakan ketetapan menurut Haryono 1999 dan Kironoto 2003. Tabel 2. Koefisien Limpasan C Pusat bisnis dan perbelanjaan Perumahan kepadatan sedang – tinggi Sumber Haryono 1999 Seminar Nasional Geografi III-Program Studi Pascasarjana Geografi, Fakultas Geografi, UGM 12 Tabel 3. Koefisien Aliran C Tanah terbuka/tanpa tanaman Rumput bede tahun pertama Rumput bede tahun kedua Kopi dengan penutup tanah buruk Hutan alam serasah banyak Hutan produksi tebang habis Sebak belukar/padang rumput Kacang tanah + gude tanaman polongan Kacang tanah + kacang tunggak Kacang tanah + mulsa jerami 4 ton/ha Padi + mulsa jerami 4 ton/ha Kacang tanah + mulsa jagung 4 ton/ha Kacang tanah + mulsa kacang tunggak Kacang tanah + mulsa jerami 2 ton/ha Pola tanam tumpang gilir + mulsa jerami Pola tanam berurutan + mulsa sisa tanaman Alang – alang murni subur Sumber Kironoto 2003 Seminar Nasional Geografi III-Program Studi Pascasarjana Geografi, Fakultas Geografi, UGM 13 HASIL DAN PEMBAHASAN Perubahan Penggunaan Lahan DAS Beringin Tabel 4. Luas perubahan penggunaan lahan Perubahan penggunaan lahan di DAS Beringin tampak pada tabel 4. diketahui bahwa pada tahun 2009 luas penggunaan lahan didominasi oleh kebun campuran yaitu sebesar 47,95 % atau seluas 13,27 km2 dari total luas wilayah penelitian. Kemudian pada tahun 2019 luas penggunaan lahan kebun campuran mengalami penurunan sebesar 7,61% sehingga luasannya menjadi 40,34 % atau seluas 11,15 km2. Sedangkan pada tahun 2019 luas penggunaan lahan didominasi oleh lahan terbangun yaitu sebesar 41,51 % atau seluas 11,47 km2 dan mengalami peningkatan luasan dari tahun 2009. Dalam kurun waktu selama 10 tahun perubahan lahan yang paling signifikan dan berjalan dengan cepat adalah peningkatan lahan terbangun akibat perkembangan kompleks perindustrian dan pembangunan kawasan perumahan elit BSB Bukit Semarang Baru. Penurunan penggunaan lahan tegalan mengalami penurunan dari tahun 2009 yang semula 17,24 % menjadi 14,05% pada tahun 2019. Sedangkan pada semak belukar terjadi penurunan dari 1,49 % pada tahun 2009 menjadi 0,19 % pada tahun 2019. Pada lahan sawah terjadi penurunan dari semula 10,50 % menjadi 3,91 % selama rentang waktu 10 tahun. Gambar 2. Luas Penggunaan Lahan DAS Beringin Tahun 2009 Seminar Nasional Geografi III-Program Studi Pascasarjana Geografi, Fakultas Geografi, UGM 14 Gambar 3. Luas Penggunaan Lahan DAS Beringin Tahun 2019 Laju Infiltrasi pada Berbagai Tipe Penggunaan Lahan Berdasarkan Jenis Tanah di DAS Beringin tahun 2019 Tabel 5. Laju infiltrasi di DAS Beringin Tahun 2019 Kompleks Grumusol Kelabu dan Litosol Mediteran Merah Tua dan Regosol Berdasarkan pada tabel 5. yang merupakan hasil data pengukuran laju infiltrasi di DAS Beringin dapat diketahui bahwa pada lahan terbangun memiliki laju infiltrasi yang dinyatakan dengan 0, hal ini dengan mempertimbangkan bahwa penggunaan lahan terbangun di lokasi penelitian didominasi oleh kawasan perumahan elit yang padat dan bangunan pabrik industri. Sedangkan penggunaan lahan selain lahan terbangun memiliki laju infiltrasi sedang hingga cepat. Hal ini disebabkan karena pada penggunaan lahan tersebut masih terdapat perakaran tumbuhan yang merupakan salah satu faktor untuk mempercepat laju infiltrasi, terutama pada penggunaan lahan kebun campuran yang tumbuhannya bersifat heterogen. Pada penggunaan lahan tegalan dan kebun campuran dengan jenis tanah mediteran merah tua dan regosol memiliki laju infiltrasi masing-masing cepat dan sangat cepat. Seminar Nasional Geografi III-Program Studi Pascasarjana Geografi, Fakultas Geografi, UGM 15 Debit Puncak Aliran Permukaan DAS Beringin Tabel 6. Debit Puncak Aliran Permukaan Q per penggunaan lahan di DAS Beringin tahun 2009 Intensitas Curah Hujan I Luas Penggunaan Lahan Km² Debit Puncak Aliran Permukaan Kompleks Grumusol Kelabu dan Litosol Mediteran Merah Tua dan Regosol Menurut hasil perhitungan debit puncak aliran Q pada tabel 6. diketahui bahwa jenis penggunaan lahan yang menimbulkan debit puncak aliran permukaan tertinggi adalah lahan terbangun dan yang terendah adalah sawah dengan intensitas hujan sebesar 77,6 mm/jam. Koefisien aliran menggunakan ketetapan menurut Haryono 1999 dan Kironoto 2003. Perhitungan debit puncak aliran permukaan di DAS Beringin ini menggunakan pendekatan penggunaan lahan dengan tetap memperhatikan jenis tanah yang ada. Debit puncak aliran permukaan tertinggi berada pada jenis penggunaan lahan terbangun, hal ini disebabkan oleh rendahnya kawasan resapan air pada area tersebut. Kemudian disusul oleh jenis penggunaan lahan tegalan, kebun campuran. Sedangkan debit puncak aliran permukaan pada jenis penggunaan lahan sawah dan semak – semak relatif tidak terlalu tinggi karena kemampuan tanah dalam meresapkan air masih tergolong tinggi dan dibantu oleh akar akar tumbuhan di dalam tanah. Tabel 7. Debit Puncak Aliran Permukaan Q per penggunaan lahan di DAS Beringin tahun 2019 Kompleks Grumusol Kelabu dan Litosol Mediteran Merah Tua dan Regosol Menurut hasil perhitungan debit puncak aliran Q permukaan pada tabel 7. diketahui bahwa penggunaan lahan yang menimbulkan debit puncak aliran permukaan tertinggi adalah lahan terbangun dan yang terendah adalah sawah dengan intensitas hujan 77,6 mm/jam atau sama dengan intensitas hujan pada tahun 2009 karena diasumsikan bahwa dengan intensitas hujan yang sama dengan tahun 2009, maka akan dapat diketahui perubahan debit puncak aliran permukaannya. Koefisien aliran menggunakan ketetapan oleh Haryono 1999 dan Kironoto 2003. Penggunaan lahan dengan debit puncak aliran permukaan tertinggi pada masing – masing jenis tanah adalah lahan terbangun. Berdasarkan pada tabel 4. luas lahan terbangun merupakan yang terluas daripada penggunaan lahan lainnya ditambah dengan semakin berkurangnya lahan untuk resapan air sehingga potensi naiknya debit puncak aliran permukaan sangat besar jika intensitas curah hujan sangat tinggi. KESIMPULAN Berdasarkan perhitungan debit puncak dengan metode rasional diketahui bahwa penggunaan lahan pada lahan terbangun memiliki debit puncak aliran paling tinggi pada thn 2009 dan semakin meningkat pada thn 2019, sedangkan pada penggunaan lahan sawah memiliki debit puncak aliran Seminar Nasional Geografi III-Program Studi Pascasarjana Geografi, Fakultas Geografi, UGM 16 terendah baik pd thn 2009 maupun thn 2019. Perubahan penggunaan lahan yang terjadi di DAS Beringin pada kurun waktu 2009 – 2019 mengalami peningkatan pada lahan terbangun sangat pesat yaitu sebesar 18,69 %. Atau seluas 5,15 km² Sedangkan pada penggunaan lahan kebun campuran, tegalan, sawah, dan semak belukar mengalami penurunan luasan selama 10 tahun terakhir masing – masing sebesar 7,61% 2,12 km², 3,19% 0,89 km², 6,59% 1,83 km², dan 1,3% 0,36 km². Dampak yang ditimbulkan adalah meningkatnya debit puncak aliran permukaan dari tahun 2009 sampai tahun 2019 sehingga sangat memungkinkan untuk terjadi banjir pada periode berikutnya jika penggunaan lahan untuk lahan terbangun semakin meluas setiap tahunnya. UCAPAN TERIMA KASIH Terima kasih diucapkan kepada Kepala Laboratorium Geografi Bapak Dr. Juhadi, yang telah memberikan fasilitas kepada kami untuk menyelesaikan penelitian ini. DAFTAR REFERENSI Ardiansyah, E. Y., Tibri, T., Lismawaty, L., Fitrah, A., Azan, S., & Sembiring, J. A. 2019. Analisa Pengaruh Sifat Fisik Tanah terhadap Laju Infiltrasi Air. In Seminar Nasional Teknik SEMNASTEK UISU Vol. 2, No. 1, pp. 86-90. Fauzi, R. G. N., Utomo, D. H., & Taryana, D. 2018. Pengaruh Perubahan Penggunaan Lahan terhadap Debit Puncak di sub DAS Penggung Kabupaten Jember. Jurnal Pendidikan Geografi Kajian, Teori, dan Praktek dalam Bidang Pendidikan dan Ilmu Geografi, 231, 50-61. Harisuseno, D., Bisri, M., Yudono, A., & Purnamasari, F. D. 2014. Analisa Spasial Limpasan Permukaan Menggunakan Model Hidrologi di Wilayah Perkotaan. Journal of Environmental Engineering and Sustainable Technology, 11, 51-57. Indrayati, A., & Aji, A. 2018. 3D Model and morphometry of the Beringin watershed as an Effort for Flash Flood Disaster Risk Reduction in Semarang. In MATEC Web of Conferences Vol. 229, p. 04010. EDP Sciences. Setyowati, D. L. 2008. Antisipasi Penduduk dalam Menghadapi Banjir Kali Garang Kota Semarang. In Forum Ilmu Sosial Vol. 35, No. 2. Setyowati, D. L., Sriyanto, dan Kurniawan P. A. 2015. Media CD Pendidikan Kebencanaan untuk Masyarakat dalam Menghadapi Banjir Kali Beringin Semarang. Edu Geography, 35. Sriartha, I Putu. 2015. Penggunaan Citra Landsat 8 dan Sistem Informasi Geografis untuk Estimasi Debit Puncak di Daerah Aliran Sungai Unda Provinsi Bali. JST Jurnal Sains dan Teknologi, 42. Soplanit, R., & Silahooy, C. 2018. Dampak Perubahan Penggunaan Lahan Terhadap Aliran Permukaan, Aliran Bawah Permukaan dan Aliran Dasar di Das Batugajah Kota Ambon. Agrologia, 12. Utami, P., Aji, A., & Juhadi, J. 2017. Analisis Spasial Perubahan Penggunaan Lahan dengan Daya Dukung Tata Air Daerah Aliran Sungai Das Kreo di Kota Semarang. Geo-Image, 62, 13 Werokila, Dian. 2015. Analisa Koefisien Limpasan pada Persamaan Rasional untuk Menghitung Debit Banjir Rencana di DAS Bangga Seminar Nasional Geografi III-Program Studi Pascasarjana Geografi, Fakultas Geografi, UGM 17 ResearchGate has not been able to resolve any citations for this Peristiwa masuknya air hujan ke dalam tanah disebut infiltrasi. Banyak hal yang mempengaruhi infiltrasi beberapa diantaranya adalah tekstur, kadar air dan porositas tanah. Tujuan studi adalah membahas seberapa besar pengaruh karakteristik fisik tanah terhadap laju infiltrasi. Studi dilaksanakan pada 15 titik lokasi di Desa Simpang Selayang Kecamatan Medan merupakan pengamatan langsung dari lapangan dengan menggunakan alat Double Ring Infiltrometer untuk pendugaan laju infiltrasinya. Terdapat dua klasifikasi laju infiltrasi pada daerah penelitian, yaitu klasifikasi lambat 1-5 mm/jam terdapat pada lokasi 1, lokasi 5, lokasi 7, lokasi 11, lokasi 12, lokasi 13, lokasi 14, lokasi 15 dan klasifikasi sedang-lambat 5-20 mm/jam terdapat pada lokasi lokasi 2, lokasi 3, lokasi 4, lokasi 6, lokasi 8, lokasi 9, lokasi 10. Dilakukan pengujian pada sampel tanah dari lokasi penelitian di laboratorium untuk mengetahui kadar air, porositas dan tekstur tanah. Hasil perbandingan hubungan karakteristik fisik tanah dengan laju infiltrasi yaitu komposisi pasir 52,1 %, porositas 72,1 % dan kadar air 53,4 % memiliki pengaruh signifikan terhadap laju infiltrasi. Kemudian dengan analisis yang lebih jauh lagi yaitu regresi linier berganda menunjukkan bahwa komposisi pasir, porositas dan kadar air secara simultan mempengaruhi laju infiltrasi sebesar 78,1 %. Kata-Kata Kunci Laju Infiltrasi, Sifat Fisik Tanah, Model Horton I. PENDAHULUAN Proses infiltrasi merupakan salah satu proses penting dalam siklus hidrologi karena infiltrasi menentukan besarnya air hujan yang meresap/masuk ke dalam tanah secara langsung. Infiltrasi adalah suatu proses masuknya air kedalam tanah secara vertikal melalui permukaan tanah, kondisi ini sangat dipengaruhi oleh porositas tanah, tekstur tanah, dan kadar air tanah Arsyad, 1989. Laju infiltrasi pada tanah berbeda-beda disebabkan oleh adanya perbedaan sifat fisik tanah tersebut. Pemahaman mengenai infiltrasi dan data laju infiltrasi sangat berguna sebagai acuan perhitungan air limpasan untuk perencanaan dan rancangan sistem penirisan tambang, baik dalam pembuatan paritan atau pun dalam penanggulangan erosi pada kegiatan reklamasi. Peralihan fungsi suatu kawasan menyebabkan berkurangnya kemampuan tanah dalam meresap air hujan, dikarenakan pengalihan lahan, penggunaaan lahan yang salah dan pemadatan tanah oleh alat-alat berat yang mengakibatkan terganggunya laju infiltrasi pada tanah. Tanah yang mempunyai laju infiltrasi yang buruk akan menimbulkan limpasan permukaan meski dengan curah hujan yang cukup rendah Utomo, 1989. Air hujan yang jatuh sebagian besar langsung menjadi air limpasan yang dapat mengakibatkan banjir dan erosi yang diaktifkan oleh run off Hakim, 1986. Desa Simpang Selayang merupakan daerah aliran sungai bagian tengah Middle land atau daerah peralihan antara bagian hulu dengan bagian hilir di kota Medan. Dimana air limpasan yang berasal dari hulu mengalir melewati daerah peralihan sebelum sampai ke hilir. Pentingnya peran daerah peralihan dalam menyerap air limpasan yang berasal dari hulu, agar tidak terjadi banjir di daerah hilir. Maka dari itu perlu diketahui kondisi laju infiltrasi tanah pada daerah tersebut, hingga di dapatkan data yang diharapkan dapat menjadi acuan dalam perencanaan ataupun penanganan air agar tidak terjadi banjir di masa sekarang ataupun yang akan SoplanitCharles SilahooyThe study was conducted to quantify the land use changes that have occurred in the watershed Batugajah and evaluate the impact of changes in land use to changes in surface flow, inter flow and base flow. The results showed that the change in land use in the watershed Batugajah of the year 1998-2010 as follows The decline occurred from ha forest area to forest area ha or decrease, increasing the wide use of residential land of 25 ha to ha, an increase of vast improvement hamlet of 155, 65 ha to ha, an increase of The impact of land use changes as follows Runoff increased from mm to mm; annual runoff increased from mm to mm; interflo increased from mm to mm; Water yield increased from mm to mm and the base flow dropped mm to genangan akibat hujan dengan intensitas tinggi menjadi masalah utama khususnya di kawasan perkotaan dengan kepadatan penduduk yang tinggi. Terjadinya alih fungsi lahan dari kawasan resapan menjadi kawasan kedap air menjadi penyebab utama meningkatnya limpasan permukaan yang mendorong terjadinya banjir. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa sebaran limpasan permukaan secara spasial dengan variasi tahun penggunaan lahan dan menganalisa fungsionalitas jaringan drainase dalam mengurangi genangan yang terjadi. Penelitian ini mengambil lokasi di Sub DAS Brantas, Kecamatan Klojen, Kota Malang. Analisa sebaran limpasan permukaan dilakukan dengan menggunakan model KINEROS yang diintegrasikan dengan perangkat lunak ArcView GIS Masukan dari model KINEROS adalah peta tata guna lahan, peta jenis tanah, peta topografi, dan data hujan. Nilai debit limpasan permukaan yang dihasilkan model KINEROS Qh selanjutnya ditambahkan debit air buangan Qk untuk mendapatkan debit rencana Qr . Berikutnya dilakukan analisa fungsionalitas jaringan drainase di lokasi penelitian dalam mengurangi limpasan. Hasil studi menunjukkan limpasan yang terjadi meningkat seiring dengan semakin meningkatnya luasan kawasan kedap air. Tinggi limpasan permukaan tertinggi dihasilkan tahun 2010 setinggi 142,76mm yang terjadi di Kelurahan Penanggungan. Besar limpasan yang tereduksi oleh saluran drainase yaitu sebesar 51,637 m 3 /dtk. Hasil evaluasi kemampuan saluran drainase menunjukkan bahwa masih terdapat beberapa saluran yang tidak mampu menampung debit limpasan permukaan sehingga menimbulkan Perubahan Penggunaan Lahan terhadap Debit Puncak di sub DAS Penggung Kabupaten Jember. Jurnal Pendidikan Geografi Kajian, Teori, dan Praktek dalam Bidang Pendidikan dan Ilmu GeografiR G N FauziD H UtomoD TaryanaFauzi, R. G. N., Utomo, D. H., & Taryana, D. 2018. Pengaruh Perubahan Penggunaan Lahan terhadap Debit Puncak di sub DAS Penggung Kabupaten Jember. Jurnal Pendidikan Geografi Kajian, Teori, dan Praktek dalam Bidang Pendidikan dan Ilmu Geografi, 231, Model and morphometry of the Beringin watershed as an Effort for Flash Flood Disaster Risk Reduction in SemarangA IndrayatiA AjiIndrayati, A., & Aji, A. 2018. 3D Model and morphometry of the Beringin watershed as an Effort for Flash Flood Disaster Risk Reduction in Semarang. In MATEC Web of Conferences Vol. 229, p. 04010. EDP Penduduk dalam Menghadapi Banjir Kali Garang Kota SemarangD L SetyowatiSetyowati, D. L. 2008. Antisipasi Penduduk dalam Menghadapi Banjir Kali Garang Kota Semarang. In Forum Ilmu Sosial Vol. 35, No. 2.Media CD Pendidikan Kebencanaan untuk Masyarakat dalam Menghadapi Banjir Kali Beringin SemarangD L SetyowatiDan SriyantoP A KurniawanSetyowati, D. L., Sriyanto, dan Kurniawan P. A. 2015. Media CD Pendidikan Kebencanaan untuk Masyarakat dalam Menghadapi Banjir Kali Beringin Semarang. Edu Geography, 35.Penggunaan Citra Landsat 8 dan Sistem Informasi Geografis untukI SriarthaPutuSriartha, I Putu. 2015. Penggunaan Citra Landsat 8 dan Sistem Informasi Geografis untuk Estimasi Debit Puncak di Daerah Aliran Sungai Unda Provinsi Bali. JST Jurnal Sains dan Teknologi, 42.Analisis Spasial Perubahan Penggunaan Lahan dengan Daya Dukung Tata Air Daerah Aliran Sungai Das Kreo di Kota SemarangP UtamiA AjiJ JuhadiUtami, P., Aji, A., & Juhadi, J. 2017. Analisis Spasial Perubahan Penggunaan Lahan dengan Daya Dukung Tata Air Daerah Aliran Sungai Das Kreo di Kota Semarang. Geo-Image, 62, 13Analisa Koefisien Limpasan pada Persamaan Rasional untuk Menghitung Debit Banjir Rencana di DAS BanggaDian WerokilaWerokila, Dian. 2015. Analisa Koefisien Limpasan pada Persamaan Rasional untuk Menghitung Debit Banjir Rencana di DAS Bangga PELAKSANAANPENGALIHAN FUNGSI LAHAN . MENJADI PERUMAHAN DI KECAMATAN TAYU, KABUPATEN PATI, JAWA TENGAH . SKRIPSI . kemerdekaan tanah air Indonesia, tanah luhur nan agung, terbebas dari jeratan dan Adapun terselesaikannya penulisan skripsi ini tentu tidak akan berhasil dengan baik tanpa bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh akibatalih fungsi lahan terbuka hijau menjadi kawasan perumahan yang akan menghambat resapan air hujan ke dalam tanah. Dengan demikian penerapan konsep green dan sistem drainase yang berkelanjutan ini akan tetap menjaga lingkungan dan meminimalisir kerusakan lingkungan yang terjadi akibat alih fungsi lahan.
Daerahperumahan tersebut akan diamati dalam penelitian ini, khususnya daerah RT. II, III, dan IV dengan jumlah rumah sebanyak 153 unit. Terbatasnya ketersediaan lahan untuk resapan air serta belum adanya penerapan sumur resapan air hujan di daerah perumahan RT. II, III, dan IV Perumnas
Pengalihanlahan resapan air menjadi Perumahan akan mengakibatkan - 26750397 pindriani018 pindriani018 08.02.2020 Biologi Sekolah Menengah Pertama terjawab 10. Pengalihan lahan resapan air menjadi Perumahan akan mengakibatkan a banjir b. kemarau d. air meresap c.gersang d. longsor. tolong jawb 2 Lihat jawaban Iklan Iklan riana3164 riana3164
DampakNegatif Dari Pengalihan Lahan Hutan Untuk Perumahan. 1/ Hilangnya lahan - lahan yang difungsikan sebagai lahan pertanian dan perkebunan. 2/ Menghilangnya daerah resapan air hujan karena telah tertutup oleh perumahan, jadi kemungkinan air hujan yang menyerap ke dalam tanah tidak terlalu banyak dan sebagian besar hanya akan terhanyut
\n \n \npengalihan lahan resapan air menjadi perumahan akan mengakibatkan
Kondisihidrologi yang seimbang harapannya agar tidak mengganggu dan menimbulkan dampak buruk (bencana) bagi kehidupan masyarakat. Oleh karena itu, perkembangan permukiman yang saat ini terjadi dapat mengancam keberadaan dan luasan area kawasan yang seharusnya difungsikan untuk menjadi resapan air. Perubahan fungsi lahan akan sangat berpengaruh
6nJT3q.
  • hug1kkizb9.pages.dev/237
  • hug1kkizb9.pages.dev/141
  • hug1kkizb9.pages.dev/391
  • hug1kkizb9.pages.dev/158
  • hug1kkizb9.pages.dev/145
  • hug1kkizb9.pages.dev/398
  • hug1kkizb9.pages.dev/48
  • hug1kkizb9.pages.dev/163
  • hug1kkizb9.pages.dev/87
  • pengalihan lahan resapan air menjadi perumahan akan mengakibatkan